Sejarah

Kerajaan Sriwijaya: Sejarah, Pendiri, dan Masa Kejayaan

Kerajaan Sriwijaya – Kerajaan Sriwijaya adalah merupakan sebuah kerajaan yang menjadi salah satu kerajaan maritim terbesar yang terdapat di wilayah Indonesia. Posisinya kerajaan ini berada tepat di Pulau Sumatera dengan corak khasnya adalah Budha.

Kerajaan Sriwijaya juga menjadi sebagai sebuah kerajaan yang berhasil berkuasa didalam mengendalikan jalur perdagangan utama di wilayah Selat Malaka. Serta berhasil pula untuk menaklukkan berbagai kerajaan yang terdapat di Pulau Jawa.

Sebagai kerajaan yang berada pada jalur perdagangan yang melintasi Selat Malaka, terdapat sangat banyak para pedagang yang singgah di jalur perdagangan ini guna membeli rempah-rempah. Tak hanya barang berupa rempah-rempah saja, awal mula berdirinya kerajaan Sriwijaya juga terjadi pula sebuah pertukaran kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang yang berasal dari India, Arab, serta China yang membawa akibat terhadap budaya di Pulau Sumatera sampai saat ini.

Nama Sriwijaya ini diambil dari bahasa Sansekerta yakni kata “Sri” artinya cahaya atau bercahaya serta kata “Wijaya” artinya kejayaan atau kemenangan. Dengan begitu, arti nama dari Sriwijaya adalah kemenangan yang gemilang.

Kemudian, bagaimana awal mula berdirinya kerajaan Sriwijaya? Siapakah pendiri kerajaan Sriwijaya? serta apa saja sejumlah hal penting lainnya terkait kerajaan Sriwijaya?. Berikut telah dirangkum terkait kerajaan Sriwijaya mulai dari awal mula berdiri kerajaan Sriwijaya, pendiri kerajaan Sriwijaya, raja-raja di kerajaan Sriwijaya, letak dari kerajaan Sriwijaya, masa kejayaan kerajaan Sriwijaya, masa keruntuhan kerajaan Sriwijaya, serta peninggalan dari kerajaan Sriwijaya. Mari perhatikan secara lengkap pembahasan berikut ini.

Awal Mula Berdiri Kerajaan Sriwijaya

kerajaan Sriwijaya

Sebuah catatan awal mula berdirinya kerajaan Sriwijaya pertama kali diteliti oleh seorang Pria kelahiran Perancis pada tahun 1920, bernama George Coedes. Kala itu dirinya memberitahukan mengenai temuannya didalam sebuah surat kabar berbahasa Indonesia serta Belanda.

Kerajaan Sriwijaya diperkirakan telah berdiri serta pertama kali muncul pada abad ke-7 masehi. Hal itu dengan didasarkan pada sebuah catatan perjalanan seorang biksu bernama I Tsing yang menuliskan kisah persinggahan selama 6 bulan di Kerajaan Sriwijaya. Tidak hanya itu saja, catatan mengenai berdirinya kerajaan Sriwijaya ini juga didasarkan pada sebuah penemuan prasasti abad ke-7 yang cukup banyak.

Pada abad ke-7 masehi kerajaan Sriwijaya yang dipimpin oleh seorang raja bernama Dapunta Hyang Sri Janayasa atau biasa disebut dengan nama Sri Jayanasa, adalah merupakan seorang raja pertama di kerajaan Sriwijaya. Keterangan itu tertulis didalam salah satu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur, Bangka.

Meskipun begitu, kisah pendirian dari kerajaan Sriwijaya ini adalah merupakan salah hal yang terkadang cukup sulit untuk dipecahkan oleh para peneliti. Dikarenakan pada sumber-sumber yang telah ditemukan atau dijumpainya tersebut tidak terdapat sebhah struktur genealogis yang tersusun secara apik antar raja-raja di kerajaan Sriwijaya.

Di dalam prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 masehi menyebutkan bahwa nama Dapunta Hyang, adalah merupakan raja di kerajaan Sriwijaya. Kemudian, Di dalam prasasti lainnya adalah prasasti Talang Tuo pada tahun 684 masehi menyebutkan bahwa nama Dapunta Hyang di perjelas kembali menjadi nama Dapunta Hyang Sri Janayasa. Kedua prasasti ini dijadikan sebagai sebuah penjelasan tertua mengenai sosok dari Dapunta Hyang Sri Janayasa dianggap sebagai seorang pemimpin atau raja di kerajaan Sriwijaya.

Pada prasasti Kedukan Bukit ini pun menceritakan mengenai kisah dari seorang bernama Dapunta Hyang yang pernah mengadakan sebuah perjalanan dengan membawa sebanyak 20 ribu tentara yang berasal dari Minanga Tamwan mengarah ke wilayah Palembang, Bengkulu, serta juga Jambi. Didalam perjalanannya itu, dirinya berhasil untuk menguasai wilayah yang dianggap strategis untuk melakukan perdagangan di kerajaan Sriwijaya sehingga menjadi makmur.

Sementara itu, berdasarkan prasasti Kota di temukan di Pulau Bangka pada tahun 686 masehi. Isi didalam prasasti tersebut menceritakan mengenai kisah dari kerajaan Sriwijaya yang diperkirakan telah berhasil didalam menaklukkan wilayah Sumatera bagian selatan, Bangka, serta juga Belitung. Bahkan hingga ke wilayah Lampung.

Bukti itu juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa mencoba untuk melancarkan ekspedisi militernya guna melakukan serangan terhadap wilayah Jawa yang dianggapnya sebagai wilayah yang tidak ingin berbakti terhadap maharaja Sriwijaya. Kejadian tersebut terjadi pada waktu yang hampir mendekati dengan runtuhnya sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Barat bernama Kerajaan Tarumanegara serta kerajaan yang terdapat di Jawa Tengah bernama Kerajaan Kalingga atau Holing. Serangan itu bisa saja terjadi disebabkan oleh adanya serangan atau perlawanan yang dilancarkan oleh kerajaan Sriwijaya

Pendiri dari Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya memiliki seorang raja pertama bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa atau biasa disebut Sri Jayanasa. Nama Dapunta Hyang Sri Jayanasa menjadi raja di kerajaan Sriwijaya dengan didasarkan pada sebuah catatan dari I Tsing serta catatan dari dua prasasti yakni prasasti Talang Tuo serta prasasti Kedukan Bukit.

Pada catatan I Tsing serta prasasti tersebut menyebutkan bahwa nama Dapunta Hyang Sri Jayanasa adalah merupakan seorang yang diangkat sebagai raja di kerajaan Sriwijaya setelah melakukan perjalanan suci atau biasa dikenal Siddhayatra memakai sebuah perahu.

Dapunta Hyang Sri Jayanasa memimpin ribuan prajurit serta armada untuk menguasai sejumlah wilayah di Palembang, Lampung, Jambi, serta Bangka. Sejumlah catatan lain pun menyebutkan bahwa Dapunta Hyang juga sempat mencoba untuk melakukan penyerangan terhadap kerajaan yang terdapat di Pulau Jawa.

Raja-raja di Kerajaan Sriwijaya

Seperti yang telah disampaikan pada pembahasan diatas bahwa struktur genealogis raja-raja di Sriwijaya banyak yang terputus serta hanya didukung oleh sejumlah bukti yang dianggap kurang kuat.

Berikut adalah merupakan nama raja-raja di kerajaan Sriwijaya yang telah disepakati oleh sejumlah para ahli sesudah masa kekuasaan dari Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Diantaranya adalah:

– Sri Indrawarman
– Raja Dharanindra
– Raja Samaratungga
– Rakai Pikatan
– Balaputradewa
– Sri Udayadityawarman
– Sri Culamaniwarman atau Cudamaniwarman
– Sri Marawijayatunggawarman
– Sri Sanggramawijayatunggawarman

Letak dari Kerajaan Sriwijaya

Letak pasti dari kerajaan Sriwijaya sampai saat ini masih menjadi perdebatan. Akan tetapi, sebuah pendapat yang dikemukakan oleh seorang bernama G. Coedes di tahun 1918 menyebutkan bahwa pusat kerajaan Sriwijaya berada di wilayah Palembang.

Hingga saat ini, wilayah Palembang masih dianggap sebagai pusat pemerintahan kerajaan Sriwijaya. Sejumlah para ahli juga menyimpulkan bahwa Sriwijaya dengan coraknya yakni maritim memiliki kebiasaan didalam berpindah-pindah pusat kekuasaan. Dikarenakan terdapat sejumlah ahli yang menyimpulkan bahwa Sriwijaya berpusat di wilayah Kedah, Setelah itu Muara Takus, sampai disebutkan pula kota Jambi.

Akan tetapi sebuah penelitian baru yang untuk dilakukan oleh Universitas Indonesia di tahun 2013 menemukan bahwa terdapat sejumlah situs candi dengan corak Buddha di wilayah Muaro Jambi. Runtuhnya candi tersebut diperkirakan menjadi tempat tinggal dari para cendekiawan Buddha. Pada dahulu kala, kerajaan Sriwijaya banyak menampung biksu Buddha serta para cendekiawan.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya berada ketika masa pemerintahan Balaputradewa. Saat itu, kerajaan Sriwijaya banyak berhasil menguasai jalur perdagangan yang strategis serta sejumlah kerajaan lainnya.

Kekuasaan serta pengaruh kerajaan Sriwijaya pun telah mencapai ke wilayah Thailand serta Kamboja. Hal itu tampak pada Pagoda Borom That yang mempunyai gaya arsitektur Sriwijaya yang berada di Chaiya, Thailand.

Posisinya yang berada di jalur perdagangan membuat Sriwijaya mudah untuk menjual hasil alam, misalnya kapur barus, cengkih, kayu gaharu, kayu cendana, kapulaga, serta pala. Raja Balaputradewa dianggap sebagai seorang raja yang membawa kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan di abad ke-8 serta ke-9.

Akan tetapi, pada dasarnya kerajaan Sriwijaya mengalami masa kekuasaan yang jaya hingga ke generasi Sri Marawijaya. Hal itu disebabkan raja-raja sesudah Sri Marawijaya telah disibukkan oleh peperangan melawan Pulau Jawa di tahun 922 masehi serta 1016 masehi.

Sesudah itu, dilanjutkan dengan perlawanan menghadapi kerajaan Cola di tahun 1017 sampai tahun 1025 masehi, Raja Sri Sanggramawijaya berhasil ditawan. Pada masa pemerintahan Balaputradewa hingga dengan Sri Marawijaya, kerajaan Sriwijaya berhasil menaklukkan Selat Malaka yang menjadi jalur utama perdagangan antara Cina serta India.

Tidak hanya itu saja, seperti yang dikutip dari Buku Mengenal Kerajaan-Kerajaan Nusantara karya dari Deni Prasetyo, menceritakan bahwa mereka berhasil memperluas kekuasaan sampai ke wilayah Jawa Barat, Bangka, Kalimantan Barat, Singapura, Malaysia, serta Thailand bagian Selatan. Guna merawat keamanan tersebut, kerajaan Sriwijaya membangun sejumlah armada laut yang cukup kuat.

Dengan tujuan agar kapal asing yang hendak melakukan perdagangan di Sriwijaya merasa aman dari adanya gangguan perompak. Tiba lambat laun, Sriwijaya berkembang sebagai negara maritim yang sangat kuat.

Masa Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Bersamaan pergantian dari kepemimpinan kerajaan Sriwijaya yang mulai banyak memiliki serangan dari berbagai kerajaan khususnya adalah merupakan kerajaan di Pulau Jawa. Terdapat serangan dari kerajaan Medang yang berada di Jawa Timur, serangan itu adalah merupakan salah satu serangan gencar dari Pulau Jawa.

Selain itu kerajaan Sriwijaya pub menerima serangan bertubi-tubi dari kerajaan Cola hingga melemahkan kekuasaan di Selat Malaka serta secara lambat-laun berhasil menguasai wilayah kekuasaan lain di Sriwijaya. Kebesaran kerajaan Sriwijaya kini mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11 masehi.

Pada masa itu, berawal dari adanya serangan besar-besaran yang untuk dilakukan oleh seorang raja bernama Rajendra Coladewa dari Kerajaan Cola yang berhasil menaklukkan salah satu raja di kerajaan Sriwijaya. Dilansir dari buku Sejarah karya dari Nana Supriatna, menceritakan bahwa pada abad ke-13 masehi salah satu kerajaan taklukan Sriwijaya yakni kerajaan Malayu, berhasil ditaklukkan oleh kerajaan Singasari, adalah merupakan kerajaan dari Jawa dengan pemimpin bernama Kertanegara. Melalui sebuah ekspedisi Pamalayu, Kertanegara berhasil untuk menjalin hubungan yang baik terhadap kerajaan Malayu.

Sedangkan, kerajaan Sriwijaya mulai merasa lemah serta tidak bisa berbuat apa-apa didalam melawan negara taklukannya menjalin hubungan yang baik dengan wilayah saingan adalah Pulau Jawa. Tiba kelemahan itu dimanfaatkan oleh kerajaan Sukhodaya dari Thailand dibawah pimpinan Raja Kamheng. Wilayah Sriwijaya yang berada di Semenanjung Malaysia berhasil direbut sehingga Selat Malaka bisa dikuasai. Akhir abad ke-14 masehi, kerajaan Sriwijaya pun benar-benar runtuh sebab serangan kerajaan Majapahit dari Jawa.

Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya

Terdapat sejumlah peninggalan kerajaan Sriwijaya yang belum diketahui oleh orang banyak. Berikut peninggalan kerajaan Sriwijaya mulai dari prasasti hingga dengan Candi, diantaranya:

1. Prasasti Kedukan Bukit

Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang pertama ini adalah prasasti Kedukan Bukit. Prasasti tersebut ditemukan di tepi sungai Batang, Kedukan Bukit, Kota Palembang. Pada prasasti itu terdapat angka tahun yakni 686 masehi yang ditulis mempergunakan huruf Pallawa serta bahasa Sansekerta. Di didalam prasasti Kedukan Bukit berisi ungkapan mengenai Dapunta Hyang yang menaiki perahu serta mengisahkan mengenai kemenangan Sriwijaya.

2. Prasasti Kota Kapur

Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang kedua ini adalah prasasti Kota Kapur. Prasasti itu ditemukan di Pulau Bangka sebelah Barat yang isinya mengenai kutukan untuk orang yang berani melanggar perintah dari Raja Sriwijaya.

3. Prasasti Telaga Batu

Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ketiga ini adalah prasasti Telaga Batu. Prasasti tersebut ditemukan di Kolam Telaga Biru, Kecamatan Ilir Timur, Kota Palembang. Di didalam prasasti Telaga Batu berisi tentang kutukan untuk orang-orang jahat yang berada di wilayah kerajaan Sriwijaya.

4. Prasasti Karang Berahi

Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang keempat ini adalah prasasti Karang Berahi. Prasasti tersebut ditemukan di Desa Karang Berahi, Merangin, Jambi. Di didalam prasasti Karang Berahi isinya mengenai kutukan untuk orang-orang jahat yang tidak setia terhadap Raja Sriwijaya.

5. Prasasti Palas Pasemah

Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang kelima ini adalah prasasti Palas Pasemah. Prasasti tersebut ditemukan di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan. Di didalam prasasti Palas Pasemah berhuruf Pallawa serta berbahasa Melayu Antik yang isinya mengenai kutukan untuk orang-orang jahat yang tidak setia terhadap Raja Sriwijaya.

6. Prasasti Talang Tuo

Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang selanjutnya ini adalah prasasti Talang Tuo. Di didalam prasasti tersebut berisi mengenai doa Buddha Mahayana serta kisahnya mengenai pembangunan taman dari Sri Jayanasa.

7. Prasasti Hujung Langit

Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berikutnya ini adalah prasasti Hujung Langit. Prasasti tersebut ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung. Di didalam prasasti Hujung Langit terdapat sebuah angka tahun yakni 997 masehi.

8. Prasasti Ligor

Selain Peninggalan kerajaan Sriwijaya yang telah disebutkan diatas terdapat juga peninggalan kerajaan sriwijaya lainnya adalah prasasti Ligor. Prasasti tersebut ditemukan di wilayah Thailand sebelah Selatan oleh seorang bernama Nakhon Si Thammarat. Di didalam prasasti Ligor berisi mengenai kisah seorang Raja Sriwijaya yang membangun Tisamaya Caitya untuk Karaja.

9. Prasasti Leiden

Tidak hanya prasasti Ligor, Talang Tuo, Hujung Langit, Palas Pasemah, Karang Berahi, Kota Kapur, Telaga Batu, serta Kedukan Bukit saja, terdapat juga peninggalan kerajaan Sriwijaya lainnya adalah prasasti Leiden. Di didalam prasasti ini tertulis bahasa Sanskerta pada lempengan tembaganya. Serta tamil yang mengisahkan mengenai hubungan dinasti Cola terhadap dinasti Syailendra dari Sriwijaya.

10. Candi Muara Takus

Peninggalan kerajaan Sriwijaya tidak hanya mempunyai peninggalan berupa prasastinya yang cukup banyak tetapi juga mempunyai Candi. Terdapat peninggalan kerajaan Sriwijaya berupa Candi yang bernama Muara Takus. Candi ini ditemukan di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Candi Muara Takus memiliki corak Budha yang khas dengan sejumlah susunan stupa. Di didalam halaman Candi ini pun terdapat Candi dengan nama Candi Bungsu, Candi Sulung, Stupa Palangka, serta Stupa Mahligai.

Demikian pembahasan mengenai Kerajaan Sriwijaya mulai dari awal mula berdiri kerajaan Sriwijaya, pendiri kerajaan Sriwijaya, raja-raja di kerajaan Sriwijaya, letak dari kerajaan Sriwijaya, masa kejayaan kerajaan Sriwijaya, masa keruntuhan kerajaan Sriwijaya, serta peninggalan dari kerajaan Sriwijaya. Semoga pembahasan tersebut bisa memberikan wawasan pengetahuan serta manfaat bagi para pembacanya.

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button